HENDROADIS.COM – Hari ini saya perdana me-review tentang saham IDX di website ini. Pada saat ‘gerilya’ belajar membaca laporan keuangan dan fundamental salah satu perusahaan, saya agak kaget dan bertanya-tanya. Ada salah satu saham perusahaan terbuka di BEI yang dihargai ‘terlalu optimis’ (menurut saya) oleh para pemegang saham nya. Berikut saya kutip profil perusahaan tersebut dari website BEI.
- Nama : PT NFC Indonesia Tbk
- Kode : NFCX
- Alamat Kantor : AXA Tower Lt. 7 Suite 3, Kuningan City Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Setiabudi Jakarta-12940
- NPWP : 03.318.471.4-011.000
- Situs : www.ptnfc.com
- Bidang Usaha Utama : Jasa Teknologi Informasi, Digital, dan Telekomunikasi
- Sektor : Teknologi
- Sub Sektor : Perangkat Lunak & Jasa TI
Bisa di baca informasi lengkapnya DISINI
Saya yang masih pemula dan belum banyak ilmu tentang saham, agak kurang percaya ternyata memang benar kadang pasar menilai terlalu optimis terhadap suatu entitas.
Setelah sekilas membaca laporan keuangan perseroan tahun 2021, sepertinya saham ini sangat ‘berharga’ bagi para pemegang saham nya. NFCX ini mempunyai nilai PBV (price to book value) di kisaran 13 kali. Dan lebih aneh nya lagi nilai PER (price to earning ratio) nya di kisaran 50 kali.
BACA JUGA : Aplikasi Akuntasi Excel
Kalau boleh kita analogikan ini seperti kita membeli pena yang harga aslinya Rp. 1.000 di harga 13 kali lipatnya yaitu Rp. 13.000. Dan jika kita membeli saham ini saat ini di harga pasar Rp. 12.200, dengan asumsi laba tiap tahun-tahun kedepan sama dengan laba tahun 2021, maka kita baru akan balik modal sekitar 50 tahun. Ini dikarenakan laba per lembar saham (menurut LK 2021) hanya Rp. 2,-. Iya benar hanya Dua Rupiah per Saham. Berarti dengan modal Rp. 12.200 mendapat laba Rp. 2,-.
Berikut gambar-gambar data sekilas.
Untuk Laporan Keuangan lengkap tahun 2021 NFCX bisa di download di website BEI atau DISINI.
Sebenarnya tidak salah membeli saham ini. Tetapi dengan profil seperti saya pribadi, rasanya sangat tidak mungkin saya membeli saham ini sekarang. Disamping harganya yang sangat mahal, juga laba perseroan yang belum stabil. Mungkin bisa dipahami, karena salah satu sektor bisnis di kendaraan listrik yang sedang menjadi ‘hot news’ sebagai pengerek harga NFCX.